Header Ads

test

PERSAMAAN DAN PERBEDAAN PROFESI KONSELING DAN PSIKOLOGI

Edil Rohisfi, S.Pd

        Apa persamaan dan perbedaan profesi konseling dengan psikologi? Pertanyaan ini sering kali muncul pada berbagai kesempatan dan pertemuan.

Pertanyaan itu diajukan oleh berbagai kalangan individu mulai dari orang awam, pejabat, psikolog atau konselor. Kalau diteliti lebih mendalam apa persamaan antara profesi konseling dengan psikologi? Kita bisa melihat persamaan itu dari beberapa segi

  1. Objek kerja kedua profesi itu adalah manusia dengan segenap perkembangannya. Baik konseling atau psikologi berurusan dengan tingkah laku manusia mulai dari anak usia dini sampai manusia lanjut usia. Bahkan bimbingan dan konseling memanfaatkan teori, prinsip dan hokum-hukum psikologi untuk menjalankan pelayanannya agar efektif. Prinsip motivasi, inteligensi, bakat, minat, pengubahan tingkah laku, dan sebagainya adalah alat dalam layanan konseling. Tapi perlu diingat bahwa tidak semua teori dan prinsip-prinsip psikologi digunakan dalam konseling. Konseling memanfaatkan prinsip-prinsip itu bila diperlukan sesuai dengan kebutuhan klien.
  2. Tujuan dari kedua profesi itu sama-sama bersifat pelayanan (services), membantu (helping profession) pengembangan potensi manusia, untuk kesejahteraan hidupnya, tentu dengan cara dan teknik yang tidak sama
  3. Profesi  berdasarkan prinsip-prinsip keilmuan yang teruji secara ilmiah, tentu objek kajian yang berbeda.
Sebetulnya praktik layanan konseling menggunakan berbagai prinsip-prinsip. Lalu apa yang membedakan kedua profesi ini? Ada beberapa cara untuk menyatakan perbedaannya.
  1. Dari sudut perundang-undangan yaitu UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional khusus Pasal 1 Ayat 6 yang menyebutkan bahwa pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.  Dari segi ini perbedaan konselor dengan psikolog adalah, konselor adalah pendidik sementara psikolog bukan pendidik.  Status pendidik tersandang pada profesi konselor karena dia mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran kepada kliennya. Konselor membelajarkan klien tentang bagaimana ia berpikir, merasa, bersikap, bertindak dan bertanggung jawab terhadap segenap perilakunya. Atau dengan kata lain konselor dalam pelayanannya adalah membuat klien belajar bagaimana ia mampu memandirikan dirinya untuk tujuan agar potensi dirinya berkembang seoptimal mungkin. Dengan demikian ia dapat mewujudkan didrinya menjadi pribadi yang utuh, mandiri dan berkembang sehingga kehidupannya adalah kehidupan yang damai, bahagia, sejahtera, dinamis, maju dunia dan akhirat. Apakah psikolog membelajarkan kliennya? Sepertinya tidak, dia hanya memberikan pelayanan, tidak mendidik dalam arti makna pendidikan dalam UU tsb di atas. Dari sudut Objek Praktik Spesifik.  Ciri suatu profesi yang klasik, apapun nama profesinya adalah yang dikemukakan oleh Flexner (2015) yaitu keintelektualan, kompetensinya dipelajari. Memiliki kekhusussan praktik atau punya objek praktik yang spesifik, Dari sudut Objek Praktik Spesifik, pelayanan yang menjadi kekhususan profesi konseling adalah menyelenggarakan pelayanan konseling. Mereka dididik untuk memiliki kemampuan konseling itu di S1 dan pendidikan profesi. Aspek-aspek keintelektualan/ keilmuan, kompetensi dan teknologi operasional, kode etik, dan aspek-aspek sosial dari kemampuan melakukan pelayanan konseling dipelajari melalui program Sarjana dan selanjutnya program Pendidikan Profesi. Psikolog mungkin belajar konseling juga cuma sebagai mata kuliah pengantar. Di lain pihak psikolog objek praktis spesifiknya adalah  memberikan gambaran tentang kondisi dinamik aspek-aspek psikis individu. Untuk tujuan itu kemampuan dan keterampilan utama psikolog adalah melakukan pengukuran dan analisis yang mendalam tentang kondisi dinamik dari berbagai aspek psikis tersebut. Konselor dapat melakukan pengukuran psikologis tapi sifatmya terbatas. 
  2. Dari sudut trilogi profesi. Untuk menjadi profesional seseorang harus menguasai dan memenuhi ketiga komponen trilogi profesi, yaitu (1) komponen dasar keilmuan, (2) komponen substansi profesi, dan (3) komponen praktik profesi, sebagaimana gambar berikut. 
    Komponen dasar keilmuan memberikan landasan bagi calon tenaga profesional dalam wawasan, pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap berkenaan dengan profesi yang dimaksud. Komponen substansi profesi membekali calon profesional apa yang menjadi fokus dan objek praktis spesifik pekerjaan profesionalnya. Komponen praktik mengarahkan calon tenaga profesional untuk menyelenggarakan praktik profesinya itu kepada sasaran pelayanan atau pelanggan secara tepat dan berdaya guna. Penguasaan dan penyelenggaraan trilogi secara mantap merupakan jaminan bagi suksesnya penampilan profesi tersebut demi kesuksesan dan kebahagiaan sasaran pelayanan. Penguasaan ketiga komponen profesi tersebut diperoleh di dalam program pendidikan profesional melalui pengembangan kompetensi akademik pada program pendidikan sarjana dan pemberian keahlian praktik pada program pendidikan profesi.

    Konselor, yang adalah pendidik (UU No.20 Tahun 2003 Pasal 1 Butir 6), sebagai tenaga profesional dituntut untuk menguasai dan memenuhi ketiga komponen trilogi profesi dalam bidang pendidikan, yaitu:
    • Komponen Dasar Keilmuan Ilmu Pendidikan yang memberikan landasan dan arah proses pelayanan konseling; pelayanan konseling adalah pelayanan pendidikan,
    • Komponen Substansi Profesi : Proses pelayanan konseling sesuai dengan tuntutan pembelajaran peserta didik ; pelayanan konseling adalah pelayanan pembelajaran sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan peserta didik;
    • Komponen Praktik Profesi : Penyelenggaraan praktik pelayanan konseling terhadap peserta didik melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukungnya.

    Adapun untuk psikologi, dasar keilmuannya adalah psikologi, substansi profesinya sesuai dengan kekhususan psikologi yang didalami, misalnya psikologi karir, psikologi perkembangan, psikologi pendidikan, psikologi klinis, dan seterusnya.

    ~EDR~

    Tidak ada komentar