Header Ads

test

2 Pilar Pembelajaran (Kewibawaan & Kewiyataan)

TUT WURI HANDAYANI
ING NGARSO SUNG TULODHO, ING MADYO MANGUN KARSO

Prayitno (2018:24) Proses pembelajaran yang baik, adalah yang dapat menumbuhkan meaningfull learning bagi peserta didik dan menghindarkan rote atau rot learning, bahkan no learning. untuk itu perlu dikembangkan dua pilar pembelajaran (Prayitno, 1997), yaitu kewibawaan (high-touch:sentuhan tingka tinggi)dan kewiyataan (high-tech:teknologi tingkat tinggi pendidikan).

A.  Pilar Kewibawaan (High-Touch)

Kewibawaan merupakan perangkat hubungan antar-personal yang mcmpertautkan peserta didik dengan pendidik dalam situasi pendidikan. Melalui kcwibawaan, hubungan antara keduanya (peserta didik dan pendidik) merupakan relasi sosial yang mewarnai keunikan situasi pendidikan secara mendasar. Dengan kewibawaan pendidik memasuki pribadi peserta didik, dan peserta didik mengarahkan dirinya kepada pendidik. Disanalah terkembangkan pengakuan, penerirnaan dan pengangkatan peserta didik oleh pendidik di satu sisi, dan mengangkatkan pendidik oleh peserta didik pada sisi yang lain, masing-masing menjadi subjek yang saling menghargai dan saling memuliakan, dalam kondisi sangat berarti dan penuh makna.

Kewibawaan yang berasal dari kata wibawa atau yang disebut dengan High-touch. Kata "touch" berasal dari bahasa Inggris yang artinya sentuhan. Oleh sebab itu, dalam konteks pembelajaran, pengertian sentuh mengacu pada kemampuan pendidik memberikan sentuhan-sentuhan dalam proses pembelajaran. Sentuhan yang dimaksud yaitu seorang pendidik seperti sebagai konselor tenaga profesional melaksanakan kode etik tertentu dalam melandasi setiap tidakannya untuk menghadapi konseli seperti contoh menghormati konseli atau dengan menghargai setiap perasaannya. Konselor adalah seorang yang memiliki kualitas dan ciri-ciri pribadi tertentu yang dapat memperlancar  pekerjaannya. Melalui kewibawaan itulah bagian dari cara konselor menghadapi konseli bukan sifatnya hanya sebagai daya tarik semata namun menjadi kepribadiannya sebagai seorang konselor sehingganya konseli merasa nyaman untuk mengutarakan apa yang menjadi masalah mereka kepada konselor.

Prayitno (2018:26) Dalam interaksi antara pendidik dan peserta didik, pendidik mengembangkan hubungan antar personal dengan peserta didik melalui praktik kewibawaan oleh pendidik yang meliputi unsur-unsur:

  1. Pengakuan dan penerimaan pendidik terhadap peserta didik secara tulus dan terbuka. Maksudnya bahwa pendidik menerima klien apa adanya secara terbuka dan secara sebaik-baiknya.
  2. Kasih sayang dan kelembutan pendidik terhadap peserta didik. Maksudnya hubungan antara pendidik dengan klien bagus, bahasanya lembut, dan tidak marah-marah. pendidik yang mampu bertutur dengan kata yang baik dan memberikan perhatian terhadap siswa serta mampu membangun hubungan yang bagus dan menyenangkan dengan peserta didik.
  3. Penguatan oleh pendidik atas hal-hal positif yang ditampilkan oleh peserta didik. Maksudnya pendidik memberikan pujian pada peserta didik atas keberhasilan yang dicapai.
  4. Tindakan tegas yang mendidik oleh pendidik terhadap peserta didik yang menampilkan hal-hal kurang pada tempatnya dalam kondisi yang sudah berlebihan. Maksudnya jika ada peserta didik yang salah jangan langsung dihukum, bisa diberikan perlakuan yang membuat peserta didik sadar akan kesalahanya sehingga peserta didik mengetahui mana yang salah dan mana yang benar. seperti peserta didik yang keluar pada jam pelajaran, meski tindakannya salah, tetapi tidak boleh di hukum dan tidak bisa pula hanya dibiarkan saja, namun beri perlakuan yang tegas terhadap siswa tersebut agar ia menyadari kesalahannya dan tau mana yang baik dan buruk bagi dirinya hingga peserta didik mau merubah diri.
  5. Pengarahan dan keteladanan pendidik terhadap peserta didik dalam kadar yang tulus dan konsisten. Maksudnya pendidik memberikan arahan dan contoh teladan yang dapat ditiru klien dalam batas yang wajar, tidak dibuat-buat yang terkesan dipaksakan.

B.  Pilar Kewiyataan (High-Tech)

     Kewiyataan berasal dari kata "wiyata" dalam pengertiannya pada Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu menetapkan. Maka dalam bahas Inggris kewiyataan yaitu High- tech yang berarti teknologi tingkat tinggi. Pada pengertian ini yang dimaksud dengan kewiyataan yaitu seorang konselor menguasai apa yang harus dikuasai sebagai seorang konselor yaitu dari segala bentuk permasalahan konseli atau segala hal yang dibutuhkannya atau dapat diartikan lain seorang konselor harus menguasai segala hal yang mengatur tentang teori atau praktek dalam profesinya sehingga tidak menyimpang  dari hak konseli yaitu hakikat manusia, dimensi manusia, dan dibahasa pada pancadaya. Prayitno (2018:26) Di atas suasana hubungan sosial berkewibawaan itu, pendidik menegakkan pilar kedua, yaitu kewiyataan yang diwujudkan oleh pendidik melalui kepiawaiannya dalam:

  1. Penguasaan materi pembelajaran, dalam hal ini materi konseling. 
  2. Penggunaan metode pembelajaran, dalam hal ini metode konseling, yaitu berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung konseling, dengan berbagai pendekatan dan teknik-tekniknya.
  3. Pemanfaatan alat bantu pembelajaran, dalam hal ini alat bantu proses konseling.
  4. Penyiapan/ pengaturan lingkungan pembelajaran, dalam hal ini tempat dilaksanakannya kegiatan konseling.
  5. Penilaian hasil pembelajaran, dalam hal ini penilaian terhadap hasil pelayanan konseling

SUMBER REFERENSI 

Prayitno. (1997). Dasar Teori dan Praksis Pendidikan. Jakarta: Gramedia. 

Prayitno. (2018). Konseling Profesional yang Berhasil, Layanan dan Kegiatan Pendukung. Depok: Rajawali Pers.

Tidak ada komentar